Sabtu, 08 Juni 2013

Resonansi Jiwa II

1.    Banyak yang tidak bisa dijawab dengan ilmu | namun bisa diselesaikan oleh waktu

2.    Maka bersabar menghitung hari demi hari | adalah pelajaran demi meluruskan niat hati

3.    Menunggu itu proses aktif bukan pasif | jadikan diri pantas bukan jalan pintas

4.    Kini aku memahami mengapa Allah mengabulkan doa musafir | karena ia ratapan mengiba penuh asa yang terlantun jadi dzikir

5.    Aku pun memahami mengapa Allah beri bagi kesabaran | pahala tiada batasnya atas taatnya dalam penantian

6.    Demikian dalam rindu terdapat sakit menyengat | juga ada rasa berbunga yang elok lagi nikmat

7.    Mendengar tawa anak-anak itu menjadikan bahagia | dan mengingat senyum ibu mereka menguatkan jiwa

8.    Bila berdekatan bumbunya itu cemburu | bila berjauhan yang ada tinggal rindu

9.    Selalu ingatlah kepada Allah dan tenangkan hati | satu waktu dan sempat nanti semua pasti terganti

10. Hidup manusia penuh ketidakpastian | karenanya kita menghargai harapan

11. Hargailah pertemuan karena ada perpisahan | syukuri kerinduan karena ia tanda kasih sayang

12. Semua akan ada waktunya | pantaskan diri itu yang utama

Resonansi Jiwa I

1.    Aku hidup cukup lama untuk pahami umur bukan penanda bijaksana | ia hanyalah angka yang tunjukkan lama nafas yang dihela

2.    Bijak seseorang bukan tergantung berapa buku yang ia baca | tapi berapa banyak manusia yang sudah dia baca

3.    Aku jalani separuh bumi dan kutemui banyak wanita | karenanya kuberitahu cinta tidak dipilih hanya dengan mata

4.    Yang menarik bagi mata | belum tentu menyenangkan jiwa

5.    Tetapi dia yang menenteramkan jiwa | maka dialah pasti penenang mata

6.    Aku pun sudah cukup lama menikahi bundamu untuk meyakini | bahwa keyakinan wanita itu yang jadikan dia bernilai

7.    Bukan hanya paras yang buat selaras | tapi kelembutan yang buat ia pantas

8.    Carilah bagimu wanita yang menikmati maksiat | esok pasti kau temukan dia mengingkari nikmat

9.    Carilah bagimu wanita yang gemar harta gila belanja | esok mungkin pria lebih kaya lebih menarik baginya

10. Carilah bagimu wanita yang bangga mengumbar molek badan | esok akan engkau temukan bagi lelaki lain dia berdandan

11. Bukan wanita seperti itu yang engkau nanti | tidak! bukan karena itu bundamu berarti

12. Bundamu menarik karena uluran jilbabnya | bundamu menarik sebab ketundukannya

13. Lemah lembutnya melengkapi ketaatannya | santun tuturnya memikat masa depan bersamanya

14. Maka pilihlah bagimu wanita yang mendengarkan dan lagi patuh | tidak didapat semua itu kecuali wanita yang imannya utuh

15. Bila kelembutannya adalah utama maka kejujurannya jadi nyawa | maka dia dirindu bila ditinggal dan menyenangkan bila bersama

16. Dia yang mendengarkanmu saat engkau menasihati | bukan yang berbantah mencari alasan pembenaran diri

17. Aku takkan hidup lama untuk mencampuri urusan rumahmu | namun satu pesanku kepadamu bila menjalani hidup barumu

18. Bersabarlah | dia istrimu

19. Jaminkan sayangmu berdua pada Allah | tiada yang perlu dikhawatirkan setelah menikah

20.    Mengapa aku memilih bundamu katamu? | silahkan engkau beritahu abi sekarang? :D

Kenapa Indonesia Kalah Kreatif ????

Sebenarnya ini adalah ringkasan dari buku Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland yang berjudul : “Why Asians Are Less Creative Than Westerners”

1.    Bagi kebanyakan orang Indonesia, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki banyak kekayaan.

2.    Bagi orang Indonesia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada cara memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu.Tidak heran pula bila perilaku korupsi pun ditolerir/diterima sebagai sesuatu yang wajar.

3.    Bagi orang Indonesia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban”, bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT, dll, semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana,mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya,bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.

4.    Karena berbasis hafalan,murid-murid di sekolah di Indonesia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “Jack of all trades,but master of none” (tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun).

5.    Karena berbasis hafalan,banyak pelajar Indonesia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Indonesia yang memenangkan Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.

6.    Orang Indonesia takut salah dan takut kalah. Akibatnya,sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.

7.    Bagi kebanyakan bangsa Indonesia,bertanya artinya bodoh! makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.

8.    Karena takut salah dan takut dianggap bodoh,di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir, peserta akan mengerumuni guru/narasumber untuk meminta penjelasan tambahan.

Dalam bukunya, Prof.Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sebagai berikut:

1.    Hargai proses.Hargailah orang karena pengabdiannya,bukan karena kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau pesantren, tapi duitnya dari hasil korupsi.

2.    Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya.

3.    Jangan jejali murid dengan banyak hafalan! apalagi matematika,untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban untuk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar dikuasainya.

4.    Biarkan anak memilih profesi berdasarkan passion (rasa cinta)-nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang.

5.    Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. Ayo bertanya!

6.    Guru adalah fasilitator,bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu!

7.    Passion manusia adalah anugerah Tuhan. Sebagai orang tua,kita bertanggungjawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya.